Subscribe RSS

Bukan Kambing Jantan, itu mah buku atuh.. hehe.. *garing*

===

Gw baru saja lepas dari suatu pertarungan adu mulut antara dua orang laki-laki yang memiliki harga diri dan kebanggaan yang tinggi. Bokap dan adek gw.

Ada pertentangan dalam diri gw disaat gw menyimak kata2 penuh emosi yang mereka lontarkan. Pertama, gw sangat salut dengan adek gw yang berani ngelawan bokap gw. Mungkin karena gendernya yang membuat dia dipandang lebih di mata bokap gw, atau bokap gw merasa pertengkaran itu merupakan satu2nya cara mereka berkomunikasi.

Kedua, apa yang mereka omongin itu bullsh*t (sorry). Kenapa? Ada 2 alasan logis yang bisa gw berikan: a) Apa yang mereka katakan itu terdiri dari perasaan dan prasangka, apa lagi mereka cuma ngomongin masa lalu yang udah terjadi. Sudah terjadi, trus mau diapain lagi? b) Mereka cuma adu pendapat siapa yang paling bener.

===

Sejak gw masuk psikologi, lebih tepatnya sejak mengenal dunia filsafat, gw berpikir bahwa kebenaran itu tidak penting. Wew. Siapa yang bilang teroris itu salah? Mereka (teroris) merasa bener kok. Kebenaran itu relatif.

Sejak gw masuk psikologi (atau sejak belajar filsafat? gw lupa) gw berpikir bahwa semua manusia itu unik dan memiliki pemikiran berbeda, sehingga ngga ada gunanya menanamkan pemikiran kita sendiri ke orang lain. Karena pada akhirnya, mau bagaimana pun, yang 'menang' adalah kaum 'mayoritas' yang sepakat bahwa 'angka setelah satu disebut dua'. Terdengar pesimis, memang. Tapi itu lah yang gw rasakan dan betapa putus asanya gw melihat kehidupan yang gw jalanin sekarang.

===

Kembali ke topik.

Pada saat kira mencari siapa yang benar, pasti kita melihat siapa yang salah. Karena tidak ada + tanpa -, tidak ada si kaya tanpa si miskin, dan percayalah tidak ada Tuhan di atas sana kalau tidak ada setan di kaki bumi.

Disaat kita mencari yang salah, muncul lah 'si kambing hitam', mahluk malang yang menjadi tumbal disalah2kan oleh banyak orang. Siapa yang paling pantas menjadi kambing hitam?

===

5 kriteria untuk menjadi seorang kambing hitam by zSa:

  1. Tidak harus hitam
  2. Tidak selalu mirip kambing, berbau seperti kambing, dan berkaki empat seperti kambing
  3. Lemah, bisa disalah2in, bisa ditindas, menerima keadaan apa adanya
  4. *masih dipikirin*
  5. *masih dipikirin*
===

Kembali ke topik.

Siapa yang paling pantas menjadi kambing hitam? Dalam keluarga, anak2. Sadar atau tidak sadar (tapi tidak pingsan juga), dalam pertengkaran keluarga anak2 lah yang menjadi korban. Anak2 dihinggapi perasaan bersalah, guilt, karena merasa gagal mempertahankan tawa dalam rumah.

Adek gw yg paling kecil tadi nangis. Gak tau kenapa, mungkin karena dia takut ngeliat kk laki2nya 'menggila', atau karena takut waktu pulang ke tempat bokap sama bokap dia yang bakal diomel2in nanti.

Sekarang, setelah bokap gw pulang (2 jam yg lalu sebenernya pulangnya. Gw ter-distract obrolan adek gw n nyokap selama nulis blog ini), nyokap n adek gw ngebahas percakapan2 yang diomongin sama bokap tadi. Seems useless tho, what my mom doing proof my theory that human have needs to be the right-full person.

Category: | 0 Comments

0 comments to “Kambing Hitam”