Subscribe RSS

"Ya ampun, udah kuliah masa masih main senioritas?" gitu kata nyokap gw waktu gw cerita sedikit tentang kehidupan organisasi gw. Gw menyarankan kalian tidak segera setuju akan opini nyokap gw itu, karena pada kenyataannya justru di jenjang kuliah ini lah yang namanya senioritas itu sangat terlihat.

How? Sulit dijelaskan, tapi satu contoh senioritas paling jelas yang bisa dilihat adalah ospek fakultas tertentu. Ospek/Makrab Fakultas Teknik atau FIA atau Hukum adalah ospek yang paling parah di Atma, bukan hanya karena unsur kekerasan yang masih terlibat didalamnya namun juga disebabkan para maba (mahasiswa baru) tersebut 'dipaksa' untuk menghormati senior dalam berbagai cara. Gw ngga akan ngomong panjang lebar tentang ospek fakultas itu, karena seperti yang sudah-sudah pada akhirnya topik ini tidak memiliki penyelesaian.

Yang sebenarnya gw pengen cerita adalah pengalaman gw beberapa waktu terakhir. Gw tergabung dalam UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang pada dasarnya tidak menganut unsur senioritas melainkan kekeluargaan. Dimana semua anggota belajar dan diajar untuk saling menghargai dan menghormati. Namanya organisasi ngga luput dari bentrok kanan-kiri dengan orang lain, tapi justru dari ketidak-rukunan tersebut seseorang bisa berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. At least that's what I believe.

Belakangan ini, muncul beberapa celetukan, "Mau begimana pun, gw ini senior lu tau!". Wew.

Bener banget. Gw suka tuh. Apa lagi gw termasuk angkatan senior di UKM itu, angkatan diatas gw udah pada lulus atau menghilang karena seleksi alam. Logisnya, gw seharusnya setuju dan merasa senang dihormati junior-junior di UKM itu yang isinya tidak hanya temen seangkatan melainkan senior juga. Like this, kalo di FB.

Tapi. Gw harus berkata bahwa gw tidak setuju. Ternyata otak gw masih kalah sama hati. Keep reading, maybe you'll understand what I mean.

Perkataan seorang temen gw bahwa dia senior itu muncul karena beberapa kejadian yang terjadi di UKM gw yang sebelumnya telah dipicu oleh perasaan tersisih dari angkatan atas (me and friends). Kemudian perasaan dan pemikiran kami yang negatif itu didukung oleh pihak para pengurus dengan aksi pemilihan calon panitia kegiatan tertentu.

Selama 2 tahun di UKM ini, 'open recruitment' panitia itu selalu 'open'. Open artinya terbuka, dengan demikian gw mengartikan 'open recruitment' ini sebagai 'semua posisi dibuka dan semua anggota aktif memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi'. Sayangnya, hampir setahun belakangan ini itu tidak dijalankan, ketua panitia memilih orang-orang yang diinginkannya untuk hampir semua posisi kemudian baru membuka sisa posisi yang belum terisi.

Gimana perasaan lo kalau itu terjadi sama lo? Maaf dikata, gw merasa tersisih.

Sekarang gw lagi ngga mau membahas perasaan gw, tapi kalau ditanya gw suka dengan senioritas atau ngga? Gw ngga suka senioritas, karena gw tidak merasa senior. Kalau di gereja ada yang disebut 'warga senior' berarti dia dah umur 70++. Wew. Dan gw tidak merasa senior juga.

Kembali ke topik, lihat paragraf tiga.

"Namanya organisasi ngga luput dari bentrok kanan-kiri dengan orang lain, tapi justru dari ketidak-rukunan tersebut seseorang bisa berkembang menjadi pribadi yang lebih baik."
Berani bilang bahwa itu ngga bener? Berarti lo harus masuk UKM gw ini. Tapi masuknya dulu, karena kalau lo masuk sekarang ngga guna juga. Hehe..

Pernah gw menyampaikan keberatan gw tentang 'open recruitment' itu ke salah seorang ketua panitia, dan kemudian dia membalas, "kita tetep deket sama orang lain yang diluar kepanitiaan kok". Bagus deh, tp rasanya kurang aja. Kayak makan ayam gak pake nasi, eh nasi tanpa garam maksudnya. Karena lo cuma melihat dia dari sisi seorang teman, bukan seorang rekan kerja. Kasarnya yah, lo masuk UKM itu mau nyari temen doang atau mau belajar berorganisasi?

How about you? Feel free to comment.

Category: | 0 Comments

0 comments to “Senioritas”